Hadits ialah setiap perkataan, perbuataan, atau ketetapan yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad saw. Dalam bahasa lain, hadits adalah setiap informasi
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.
1. Agama
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
“Agama
adalah nasihat” (HR Muslim, Abu Dawud dan an-Nasai’i)
2. Niat
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
“Sesungguhnya
amal itu tergantung niatnya” (HR. Bukhori-Muslim)
3. Hadits Keutamaan Belajar Al Quran
(خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْ اَنَ وَ عَلَّمَهْ
(رواه البخاري
Sebaik baik kalian adalah orang yang belajar Al Quran
dan yang mengajarkannya.
4. Hadits Allah Maha Indah
(إِنَّ اللّٰهَ جَمِيْلُ يُحِبُّ الْجَمَلْ ( رواه مسلم
Sesungguhnya Allah itu maha indah dan mencintai
keindahan.
5. Hadits Menyebarkan Salam
(اَفْشُوْا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم
Sebarkanlah salam diantara kamu (HR. Muslim)
6. Hadits Malu
(اَلْحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ (متفق عليه
Malu itu sebagian dari iman (HR Muttafaq alaih)
Foto oleh Isaac Taylor dari Pexels
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang bagaimana cara menyucikan atau
membersihkan ketiga najis seperti penjelasan sebelumnya,maka perlu
diketahui ada dua istilah Najis yaitu:
Najis Ainiyah
Najis Hukmiyah
Adapun Najis Ainiyah adalah najis yang memiliki atau kelihatan warna,
bau dan rasa.
sedangkan Najis Hukmiyah adalah tidak ada lagi najis yang tidak memiliki
warna, bau, dan rasa.
Dengan kata lain bahwa Najis
Ainiyah masih ada wujudnya, sedangkan Najis Hukmiyah najis yang sudah tidak ada
wujudnya namun secara hukum statusnya masih dihukumi najis.
Pengertian Najis : Najis menurut bahasa
adalah benda yang kotor. Sedangkan menurut syara’ adalah semua kotoran yang
menghalangi sahnya shalat yang dikerjakan selagi tidak terdapati hal yang
meringankannya. Hasyiyah al-Jamal II/105
( قوله حيث لا مرخص ) أي موجود وهذا القيد
للإدخال فيدخل المستنجي بالحجر فإنه يعفى عن أثر الاستنجاء وتصح إمامته ومع ذلك
محكوم على هذا الأثر بالتنجس إلا أنه عفي عنه ويدخل أيضا فاقد الطهورين إذا كان
عليه نجاسة فإنه يصلي لحرمة الوقت ولكن عليه الإعادة
(Keterangan
selagi tidak terdapati hal yng meringankannya) maka tergolong najis juga orang
yang beristinja’ (bersuci menggunakan batu) maka hukumnya najis hanya saja
dima’fu (diampuni) bekas yang masih tersisa dari najisnya dan sah menjadikan
imam shalat dirinya. Juga termasuk orang yang tidak menemukan dua sarana untuk
bersuci (air dan debu) bila dalam dirinya terdapati najis maka bershalatlah
dirinya sekedar menghormati waktu shalat tetapi diwajibkan baginya mengulang
kembali shalatnya. [ I’aanah at-Thoolibiin I/82 ].
قوله : ( حيث لا مرخص ) القيد للإدخال فيدخل المستنجي
بالحجر ، فإنه يعفى عن أثر الاستنجاء وتصح إمامته ، ومع ذلك محكوم على هذا الأثر
بالتنجيس إِلا أنه عفى عنه ، ويدخل أيضاً حل أكل الميتة للمضطر مثلاً ، فإنه وإن
حل محكوم عليها بالنجاسة لكنه أبيح له التناول للضرورة
(Keterangan selagi tidak terdapat hal yang
meringankannya) maka tergolong najis juga orang yang beristinja’ (bersuci
menggunakan batu) maka hukumnya najis hanya saja dima’fu (diampuni) bekas yang
masih tersisa dari najisnya dan sah menjadikan imam shalat dirinya. Dan tergolong
juga didalamnya kehalalan memakan bangkai bagi orang yang terpaksa,
sesungguhnya meskipun halal hukum bangkainya tetaplah najis namun diperbolehkan
baginya memakannya karena unsur darurat. [ Tuhfah al-Habiib I/461 ].