Adad dalam Berbicara

 

Beberapa Adad dalam Bercakap-cakap :

1. Ucapan Bermanfaat,

Dalam kamus seorang Muslim, hanya ada dua pilihan ketika hendak bercakap dengan orang lain. Mengucapkn sesuatu yang baik atau memilih diam. Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa mengaku beriman kepada Allah dan hari pembalasan hendaknya ia berkata yang baik atau memilih diam." (HR. Bukhari).

2. Bernilai Sedekah

"Setiap tulang itu memiliki kewajiban bersedekah setiap hari. Di antaranya, memberi boncengan kepada orang lain diatas kendaraannya, membantu mengangkatkan barang orang lain ke atas tunggangannya, atau sepotong kalimat yang diucapkan dengan baik dan santun." (HR. Al-Bukhari).

3. Menjauhi Pembicaraan Sia-Sia

Sebaiknya menghindari pembicaraan berujung kepada kesia-siaan dan dosa semata. "Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh jaraknya dariku pada hari kiamat adalah para penceloteh lagi banyak bicara." (HR. At-Tirmidzi).

4. Tidak Terperangkap Ghibah

"..... Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha pererima tobat lagi Maha Penyayang". (Al-Hujurat 12).

5. Stop Mengadu Domba

Hudzaifah Radhiyallahu anhu meriwayatkn, saya mendengar Rasulullah saw brsbda; "Tak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (HR. Bukhari dan Muslim).

6. Stop Berbohong

"Sesungguhnya kejujuran itu mendatangkn kebaikn, dan kebaikan itu akan berujung kepada surga. Dan orang yang senantiasa berbuat jujur niscaya tercatat sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya kebohongan itu mendatangkn kejelekn, dan kejelekn itu hanya berujung kepada neraka. Dan orang yang suka berbohong niscaya tercatat disisi Allah sebagai seorang pendusta." (HR.Al Bukhari).

7. Menghindari Perdebatan

Sedapat mungkin menjauhi perdebatan dengan lawan bicara. Meskipun boleh jadi kita berada dipihak yang benar. Sebab Rasulullah telah menjamin sebuah istana disurga bagi mereka yang mampu menahan diri. "Aku menjamin sebuah istana di halaman surga bagi mereka yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berhak untuk itu." (HR. Abu Daud).

8. Tak Memotong Pembicaraan

Suatu hari seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ia langsung memotong pembicaraan beliau dan bertanya tentang hari kiamat. Namun Rasulullah tetap melanjutkan hingga selesai pembicaraanya. Setelah itu baru beliau mencari si penanya tadi. (HR. Bukhari).

9. Pandai Menjaga Rahasia

"Tiadalah seorang Muslim menutupi rahasia saudaranya di dunia kecuali Allah menutupi pula rahasianya pada hari kiamat." (HR. Muslim.).

10. Stop Saling Mengolok dan Memanggil dengan Gelar yang buruk.

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kau yang lain, boleh jadi mereka itu lebih baik dari mreka dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan yang lain. Karena boleh jadi permpuan (diperolok olok) itu lebih baik dari prempuan (yang mengolok olok) itu. Janganlah kamu saling mencela satu sama lain. Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah yang buruk (fasik) setlah briman. Dan barang siapa yang tak bertobat maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Al Hujurat 11).

ADAB BUANG HAJAT

Membuang hajat adalah perkara yang biasa kita lakukan setiap harinya. Namun, sangat disayangkan, banyak di antara kita yang tidak mengetahui adab-adab yang dituntunkan di dalamnya. Padahal hal ini telah di ajarkan oleh syariat agama  kita yang sempurna telah mengajarkan permasalahan ini sebagai mana dinukil dalam kitab fiqih. Lihat (Nihaayah az-Zain I/17-18)

Diantaranya adalah sebagai berikut :

·       Mendahulukan kaki kiri saat memasuki kamar kecil dan kaki kanan saat keluar

·       Menjadikan kaki kiri sebagai penyangga utama saat duduk dalam membuang hajat

·       Menjauhkan diri dari orang lain sekira tiada mendengar dan mencium aroma kotoran yang ia keluarkan

·       Janganlah kencing di air tenang

·       Janganlah kencing searah dengan bertiupnya angina

·       Janganlah kencing dijalanan yang biasa dilalui manusia

·       Janganlah kencing ditempat yang biasa dijadikan tempat orang

·       Janganlah kencing dibawah pohon yang sedang berbuah

·       Janganlah kencing dilobang tanah

·       Janganlah kencing ditempat/tanah yang keras

·       Janganlah kencing dengan berdiri

·       Janganlah melihat kemaluan saat membuang kotoran

·       Janganlah melihat kotoran yang ia keluarkan

·       Janganlah mempermainkan tanganny

·       Janganlah menoleh ke kanan dan ke kiri

·       Janganlah menghadap matahari atau rembulan ataupun searah Baitul Maqdis

·       Janganlah memasuki kamar kecil dengan tanpa alas kaki

·       Janganlah memasuki kamar kecil tanpa penutup kepala

·       Janganlah berbicara

·     Janganlah cebok dengan air yang ada ditempat ia buang kotoran tetapi pindahlah ke tempat lainnya kecuali ditempat yang memang disediakan khusus untuk membuang kotoran maka tidak perlu ia pindah tempat

·       Tuntaskan sedapat mungkin air seni yang hendak ia keluarkan dengan cara yang biasa ia lakukan

·   Saat memasuki kamar kecil bacalah “BISMILLAAHI ALLAAHUMMA INNI A’UUDZUUBIKA MINAL KHUBUTSI WAL KHOBAA-ITSI”

·       Saat keluar dari kamar kecil bacalah doa “GHUFROONAK, ALHAMDULILLAAHIL LADZII ADZHABA ‘ANNIL ADZAA WA ‘AAFAANII”

·       Wajib membuat penutup diri agar tidak terlihat oleh pandangan orang lain

·     Wajib untuk tidak menghadap kiblat atau membelakanginya saat membuang hajat kecuali ia berada ditempat yang memang disediakan khusus untuk membuang kotoran.


Pembagian waqof dalam ilmu tajwid

pexels-gr-stocks-8522573

Secara garis besar waqof terbagi menjadi empat yaitu :

1.     Waqof Idlthirori ( اضْطِرَارى )artinya terpaksa, yaitu dilakukan seorang qori’ dikarenakan kehabisan nafas, batuk lupa dan sebagainya.

2.     Waqof Inthidhori ( انتِظارى ) artinya berhenti menunggu, yaitu Qori berhenti pada sebuah kata yang perlu untuk menghubungkan dengan kalimat wajah yang lain (menurut- versi bacaan-bacaan imam sab’ah) karena adanya perbedaan riwayat.

3.     Ikhtibari ( اختِبَارِى ) artinya berhenti untuk diuji, yaitu ketika qori’ diuji untuk menerangkan al Maqthu’ (kata terpotong), ketika ditanya seorang juri. Atau boleh bagi seorang pengajar Al Qur an memutus-mutus ayat pada anak didiknya (untuk memudahkan).

4.     Ikhtiyari ( اختِيَارِى ) artinya berhenti yang dipilih, adalah waqof yang ada unsur kesengajaan, bukan karena sebab-sebab yang tersebut diatas. 

Bersedekah di Bulan Ramadhan

Kedermawanan adalah sifat murah hati dan banyak memberi. Allah pun bersifat Maha Pemurah, Allah Ta'ala Maha Pemurah, kedermawanan-Nya berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling dermawan, juga paling mulia, paling berani dan amat sempurna dalam segala sifat yang terpuji; kedermawanan beliau pada bulan Ramadhan berlipat ganda dibanding bulan-bulan lainnya, sebagaimana kemurahan Tuhannya berlipat ganda pada bulan ini.

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas raldhiallahu 'anhuma, ia berkata : "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk membacakan kepadanya Al-Qur'an. Jibril menemui beliau setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya Al-Qur'an. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika ditemui Jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.”

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan tambahan: "Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya."

Dan menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah radhiallahu 'anha : "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika masuk bulan Ramadhan membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta. "

Berbagai pelajaran yang dapat diambil dari berlipat gandanya kedermawanan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan: Bahwa kesempatan ini amat berharga dan melipat gandakan amal kebaikan. Membantu orang-orang yang berpuasa dan berdzikir untuk senantiasa taat, agar memperoleh pahala seperti pahala mereka; sebagaimana siapa yang membekali orang yang berperang maka ia memperoleh seperti pahala orang yang berperang, dan siapa yang menanggung dengan balk keluarga orang yang berperang maka ia memperoleh pula seperti pahala orang yang berperang. Dinyatakan dalam hadits Zaid bin Khalid dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa maka baginya seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikitpun dari pahalanya. " (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Bulan Ramadhan adalah saat Allah berderma kepada para hamba-Nya dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api Neraka, terutama pada Lailatul Qadar Allah Ta 'ala melimpahkan kasih-Nya kepada para hamba-Nya yang bersifat kasih, maka barangsiapa berderma kepada para hamba Allah niscaya Allah Maha Pemurah kepadanya dengan anugerah dan kebaikan. Balasan itu adalah sejenis dengan amal perbuatan.

Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama termasuk sebab masuk Surga. Dinyatakan dalam hadits Ali radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh di Surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luamya dapat dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar." Maka berdirilah kepada beliau seorang Arab Badui seraya berkata: “Untuk siapakah ruangan-ruangan itu wahai Rasulullah? jawab beliau: "Untuk siapa saja yang berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa dan shalat malam ketika orang-orang dalam keadaan tidur. " (HR. At-Tirmidzi dan Abu Isa berkata, hadits ini gharib)

Semua kriteria ini terdapat dalam bulan Ramadhan. Terkumpul bagi orang mukmin dalam bulan ini; puasa, shalat malam, sedekah dan perkataan baik. Karena pada waktu ini orang yang berpuasa dilarang dari perkataan kotor dan perbuatan keji. Sedangkan shalat, puasa dan sedekah dapat menghantarkan pelakunya kepada Allah Ta 'ala.

Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama lebih dapat menghapuskan dosa-dosa dan menjauhkan dari api Neraka Jahannam, terutama jika ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam sebuah hadits bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Puasa itu merupakan perisai bagi seseorang dari api Neraka, sebagaimana perisai dalam peperangan " ( Hadits riwayat Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu Majah dari Ustman bin Abil-'Ash; juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya serta dinyatakan shahih oleh Hakim dan disetujui Adz-Dzahabi.) Hadits riwayat Ahmad dengan isnad hasan dan Al-Baihaqi.

Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Puasa itu perisai dan benteng kokoh yang melindungi seseorang) dari api Neraka"

Dan dalam hadits Mu'adz radhiallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sedekah dan shalat seseorang di tengah malam dapat menghapuskan dosa sebagaimana air memadamkan api" (Hadist riwayat At-Tirmidzi dan katanya. "Hadits hasan shahih. "

Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta kekurangan. Dan puasa dapat menghapuskan dosa-dosa dengan syarat menjaga diri dari apa yang mesti dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan kebanyakan orang tidak terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya. Dan dengan sedekah kekurangan dan kekeliruan yang terjadi dapat terlengkapi. Karena itu pada akhir Ramadhan, diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan perbuatan keji.

Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya. Jika ia dapat membantu orang lain yang berpuasa agar kuat dengan makan dan minum maka kedudukannya sama dengan orang yang meninggalkan syahwatnya karena Allah, memberikan dan membantukannya kepada orang lain. Untuk itu disyari'atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang-orang yang berpuasa bersamanya, karena makanan ketika itu sangat disukainya, maka hendaknya ia membantu orang lain dengan makanan tersebut, agar ia termasuk orang yang memberi makanan yang disukai dan karenanya menjadi orang yang bersyukur kepada Allah atas nikmat makanan dan minuman yang dianugerahkan kepadanya, di mana sebelumnya ia tidak mendapatkan anugerah tersebut. Sungguh nikmat ini hanyalah dapat diketahui nilainya ketika tidak didapatkan. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178).

Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya (kepada kita semua). Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad, segenap keluarga dan sahabatnya.