Adab Seorang Murid dalam kitab Taisirul Khalaq

Murid atau pelajar itu mempunyai adab yang berkaitan dengan dirinya sendiri, adab dengan guru dan adab dengan teman-temannya.

Adapun adab murid yang berhubungan dengan dirinya sendiri itu banyak, antara lain : Meninggalkan sifat ujub, tawadlu’ atau ramah, jujur supaya disenangi dan dapat dipercaya, tenang, berwibawa, tidak banyak menoleh ketika berjalan dan tidak memandang hal-hal yang dilarang agama, jujur dengan Ilmu pengetahuan yang dimiliki. Maksudnya, tidak menjawab persoalan yang belum dia ketahui.

Adapun etika murid terhadap guru, antara lain :

Berkeyakinan, bahwa kemuliaan gurunya melebihi kemuliaan kedua orang tuanya sendiri. Sebab, dialah yang mendidik jiwanya. Tunduk ketika di hadapan guru. Duduk dengan sopan, ketika sedang menerima pelajaran dari guru dan mendengarkannya dengan baik. Tidak bergurau. Tidak mengunggul-unggulkan guru lain di hadapan gurunya, agar dia tidak tersinggung. Tidak malu bertanya kepada guru tentang persoalan yang belum dipahaminya.

Adapaun etika murid terhadap sesama temannya, antara lain : Menghormati meerka, tidak melecehkan mereka, tidak menyombongi mereka, tidak menghina merekan karena kelambatannya dalam memahami pelajaran, dan tidak merasa senang apabila guru mencemooh salah seorang dari mereka yang bebal, sebab, sikap yang demikian itu menyebabkan terjadi permusuhan.

Adab adab di Masjid

pexels-chattrapal-(shitij)-singh-2989625

Masjid adalah rumah-rumah milik Allah, karena itu barangsiapa yang hatinya selalu teringat pada masjid, maka Allah akan memberinya naungan kepada orang tersebut kelak pada hari kiamat. Oleh karena itu, setiap orang dianjurkan agar sering-sering pergi ke masjid. Adapun tata caranya ialah berjalan dengan tenang. Mendahulukan kaki kanan ketika memasukinya. Meletakkan sandal di luarnya.

Ketika masuk membaca doa :

“Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.”

Melakukan shalat Tahiyyat Masjid sebelum duduk. Mengucapkan salam, meskipun Masjid dalam keadaan sepi, tidak ada orang di dalamnya. Sebab, Masjid itu hakikaktnya tidak pernah kosong dari jin dan malaikat. Duduk di dalamnya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah swt.

Memperbanyak membaca dzikir. Menahan diri dari hal-hal yang menyenangkan hawa nafsu. Tidak melakukan perdebatan. Tidak bergeser dari tempat duduknya, kecuali jika ada keperluan. Tidak mencari barang-barang yang hilang di dalamnya. Tidak bersuara keras di hadapan orang yang sedang shalat. Tidak berjalan di depan orang yang sedang shalat. Tidak boleh sibuk dengan suatu pekerjaan. Tidak melibatkan diri pada pembicaraan orang-orang yang membahas harta kekayaan (dunia), agar selamat dari ancaman. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi saw. :

“Di akhir zaman nanti ada orang-orang dari kalangan umatku berdatangan ke Masjid-Masjid dengan duduk-duduk di dalamnya berkelompok-kelompok. Mereka membicarakan harta kekayaan. Jika engkau melihat mereka, maka janganlah engkau duduk bersama mereka, karena Allah sama sekali tidak menganggap berharga kepada mereka tersebut.”

Apabila keluar dari Masjid, maka dahulukan kaki kiri, dan meletakkannya di atas sandal, lalu masukkanlah kaki kanan ke dalam sandal. Ketika keluar dari masjid, bacalah doa :

“Ya Allah, saya memohon anugerah dari-Mu.”

Rasulullah saw. bersabda : Allah telah berfirman dalam hadis Qudsi :

“Sesungguhnya rumah-rumah-Ku di bumi-Ku, adalah Masjid-Masjid. Orang-orang yang berziarah kepada-Ku adalah orang-orang yang meramaikan Masjid-Masjid. Sangat beruntung hamba-hambaKu yang berwudlu di rumahnya. Kemudian menziarahi Aku di rumah-Ku dan bagi yang diziarahi, berhak memuliakan orang yang berziarah.”

“Dari Anas r.a. : Barangsiapa yang memberi penerangan (lampu) di Masjid, maka malaikat dan para malaikat petugas di arsy, selalu memohonkan ampunan kepada orang tersebut, selama lampu menerangi Masjid.”

 

Foto Kegiatan










 

Adab kepada kedua orang tua kitab Taisirul Kholaq

pexels-mukhtar-shuaib-mukhtar-4369958

Ayah dan ibu merupakan sebab adanya manusia ini. Andaikata bukan karena jerih payah mreka berdua, tentu manusia ini tidak bisa hidup mapan. Andaikata tidak ada kesengsaraan mereka berdua, pasti manusia ini tidak dapat merasakan kesenangan.

Mengenai ibu, dia telah mengandung dengan rasa susah payah, begitu pula ketika melahirkan. Sedangkan ayah, dia telah mencurahkan semua kemampuannya dalam mencapai kebaikan untuk perawatan badan dan jiwa anaknya. Oleh sebab itu, anak harus selalu mengingat jasa baik kedua orangtuanya, agar bisa berterima kasih kepada mereka atas jasanya. Mematuhi semua perintah kedua orangtua, kecuali jika diperintah maksiat. Jika perintah maksiat, maka tidak perlu ditaati. Duduk di hadapannya dengan khusyuk, sopan dan tidak mengungkit kesalahan mereka berdua. Tidak menyakiti mereka berdua, meskipun hanya dengan mengucapkan cih atau hus. Tidak terus menerus membantah mereka berdua. Tidak berjalan di depan orangtua, kecuali ketika melayani mereka. Mendoakan kedua orangtua, agar mendapat rahmat dan ampunan dari Allah swt. Mendorong ayah dan ibu agar berbuat baik dan mencegahnya brbuat kemungkaran, agar si anak menjadi sebab mereka selamat dari siksa neraka.

Allah swt. Berfirman :

 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah : ‘Wahai Tuhaku, kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.”

Camkanlah uraian di atas dan hendaklah si anak itu lebih mengutamakan ibunya, karena Nabi saw bersabda :

“Bakti kepada ibu itu mesti dua kali lipat kepada ayah.”

Etika dalam pergaulan

pexels-khats-cassim-10178217

Etika dalam pergaulan itu banyak, antara lain : Bermuka menyenangkan, ramah, mendengar ucapan orang lain, tidak angkuh, diam tatkala teman sedang bergurau, memaafkan teman yang khilaf, santun dan tidak membanggakan (menyombongkan) diri dengan pangkat atau kekayaan. Sebab, menyombongkan diri dengan cara ini dapat menjatuhkan harga diri.

Di antara adab pergaulan yang lain, ialah menyimpan rahasia, karena tidak ada nilai bagi orang yang tidak dapat menyimpan rahasia.

Kata penyair :

Jika seseorang tidak bisa memelihara tiga perkara, maka juallah dia, meskipun hanya dengan harga segenggam abu. (Tiga perkara) itu, ialah, setia kawan, mengorbankan harta kekayaan dan menyimpan rahasia di dalam hati