Imam dalam Qiro'ah Sab'ah

 

Foto oleh Abdullah Ghatasheh dari Pexels

Seperti apa yang kita baca dan yang pernah kita dengar, bahwa Qiroah (bacaan) ayat-ayat Al Quran yang berlaku di negara Indonesia adalah Qiro’ah yang diriwayatkan oleh Hafs Bin Sulaiman bin Mughiroh bin Najwad “ Wafat tahun 128 H”, yang bacaannya disebut Qiroah Masyhuroh.

Perlu diketahui bahwa selain qiroah yang diriwayatkan oleh Imam Hafs an Ashim masih banyak lagi Imam yang meriwayatkan Qiro’ah .

Dibawah ini nama-nama Imam dalam qiro’ah yang mutawatiroh atau yang disebut dengan Qiroah sab’ah ( Qiro’ah tujuh imam ) :

1.     Abdullah bin Amr meninggal di Syam pada tahun 118 H. Perowi-perowinya yang terkenal (masyhur) adalah seperti Al Bazzi Abdul Hasan Hamid bin Muhammad dan Qonbul Abu Umar Muhammad.

2.     Abu Ma’bad Abdullah bin Katsir, meninggal di Makkah pada tahun 120 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Abu Bakar Syu’bah bin Ilyas dan Abu Amr Hafah bin Sulaiman.

3.     Abu Bakar “Ashim bin Abi An Nujud, meninggal di Kufah pada tahun 127 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Abu Syu’bah bin Ilyas dan Abu Amr Hafah bin Sulaiman

4.     Abu Amr bin Al A’la, meninggal di Basrah pada tahun 154 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Ad Durawi, Abu Amr Hafas dan As Susi Abu Syu’aib Saleh bin Ziyad.

5.     Nafi’ bin Na’im meninggal di Madinah tahun 109 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Qulum Abu Musa Isa bin Mina dan Warosy Abu Sa’id Utsman bin Sa’id.

6.     Abdul Hasan Ali bin Hamzah Al Kisa’i, meninggal di Basrah pada tahun 189 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Abdul Harits Al Laits bin Khalid dan Ad Durawi.

7.     Abu “Imarah Hamzah bin Habib, meninggal tahun 216 H. Perowi-perowinya yang Masyhur adalah Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam dan Abu ‘Isa Khalid bin Khalid.

Adab Seorang Murid dalam kitab Taisirul Khalaq

Murid atau pelajar itu mempunyai adab yang berkaitan dengan dirinya sendiri, adab dengan guru dan adab dengan teman-temannya.

Adapun adab murid yang berhubungan dengan dirinya sendiri itu banyak, antara lain : Meninggalkan sifat ujub, tawadlu’ atau ramah, jujur supaya disenangi dan dapat dipercaya, tenang, berwibawa, tidak banyak menoleh ketika berjalan dan tidak memandang hal-hal yang dilarang agama, jujur dengan Ilmu pengetahuan yang dimiliki. Maksudnya, tidak menjawab persoalan yang belum dia ketahui.

Adapun etika murid terhadap guru, antara lain :

Berkeyakinan, bahwa kemuliaan gurunya melebihi kemuliaan kedua orang tuanya sendiri. Sebab, dialah yang mendidik jiwanya. Tunduk ketika di hadapan guru. Duduk dengan sopan, ketika sedang menerima pelajaran dari guru dan mendengarkannya dengan baik. Tidak bergurau. Tidak mengunggul-unggulkan guru lain di hadapan gurunya, agar dia tidak tersinggung. Tidak malu bertanya kepada guru tentang persoalan yang belum dipahaminya.

Adapaun etika murid terhadap sesama temannya, antara lain : Menghormati meerka, tidak melecehkan mereka, tidak menyombongi mereka, tidak menghina merekan karena kelambatannya dalam memahami pelajaran, dan tidak merasa senang apabila guru mencemooh salah seorang dari mereka yang bebal, sebab, sikap yang demikian itu menyebabkan terjadi permusuhan.